
Gerakan #MosiTidakPercaya 2025: Suara Rakyat di Era Digital
◆ Latar Belakang Gerakan
Tahun 2025 menandai babak baru dalam sejarah demokrasi Indonesia. Protes nasional merebak di berbagai kota, dengan isu utama kenaikan gaji DPR, pajak properti, dan dugaan korupsi yang melibatkan elite politik. Dari keresahan ini lahirlah sebuah simbol kuat: Gerakan #MosiTidakPercaya.
Berbeda dengan mosi tidak percaya formal dalam sistem parlementer, gerakan ini lahir dari rakyat sebagai ekspresi kekecewaan terhadap DPR. Ia tidak hanya berbentuk aksi fisik di jalanan, tetapi juga kampanye digital yang masif.
Gerakan ini memperlihatkan bahwa demokrasi Indonesia sedang mengalami krisis legitimasi, di mana rakyat merasa tidak lagi terwakili oleh parlemen.
◆ Aksi di Jalanan
Demonstrasi mahasiswa, buruh, dan kelompok sipil menjadi wajah utama gerakan #MosiTidakPercaya. Di berbagai kota besar, ribuan orang turun ke jalan membawa spanduk bertuliskan “Kami Tidak Percaya Lagi” dan “DPR untuk Siapa?”.
Ciri khas aksi ini:
-
Sidang Rakyat Simbolis → rakyat menggelar persidangan terbuka menolak legitimasi DPR.
-
Mural & Grafiti → tembok kota dipenuhi karya satir politik.
-
Performing Protest → teater jalanan, musik protes, dan orasi kreatif.
-
Solidaritas Nasional → aksi terjadi serentak di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, hingga Medan.
Gerakan ini membangkitkan kembali tradisi protes ala reformasi 1998, tetapi dengan sentuhan kreativitas baru.
◆ Perlawanan Digital
Yang membedakan gerakan 2025 adalah kekuatannya di ruang digital. Media sosial menjadi panggung utama penyebaran gagasan dan solidaritas.
-
Hashtag Viral → #MosiTidakPercaya trending selama berminggu-minggu.
-
Video Edukasi Politik → mahasiswa membuat konten singkat menjelaskan isu DPR secara sederhana.
-
Meme Politik → kritik tajam dikemas lewat meme yang cepat viral.
-
Petisi Online → jutaan tanda tangan digital terkumpul dalam waktu singkat.
Fenomena ini membuktikan bahwa era digital memberi rakyat senjata baru: suara yang bisa menggema lebih cepat, lebih luas, dan lebih kuat.
◆ Respon Pemerintah dan DPR
Pemerintah dan DPR menghadapi dilema besar. Di satu sisi, mereka mencoba menenangkan publik dengan pernyataan normatif. Di sisi lain, beberapa pejabat malah menyalahkan rakyat sebagai “terprovokasi”.
Respon defensif justru memperburuk keadaan. Rakyat merasa aspirasinya diabaikan, sehingga gerakan semakin membesar. Media internasional pun menyoroti hal ini sebagai “crisis of legitimacy” di Indonesia.
◆ Dampak Sosial-Politik
Gerakan #MosiTidakPercaya 2025 membawa dampak luas:
-
Polarisasi Politik → publik terbelah antara pro-DPR dan kontra-DPR.
-
Krisis Kepercayaan → bukan hanya DPR, tetapi juga lembaga negara lain ikut terimbas.
-
Kekuatan Rakyat → rakyat menyadari kekuatan kolektif mereka bisa menekan elite politik.
-
Sorotan Global → dunia melihat Indonesia sebagai demokrasi yang sedang diuji.
◆ Perspektif Akademisi dan Aktivis
Akademisi menilai gerakan ini adalah bentuk kedewasaan demokrasi. Rakyat tidak diam, tetapi berani mengekspresikan ketidakpuasan secara terbuka.
Aktivis HAM menekankan bahwa gerakan ini adalah peringatan serius. Jika DPR tidak berubah, rakyat bisa mencari bentuk perlawanan yang lebih keras.
Beberapa analis bahkan menyebut gerakan ini sebagai “Reformasi Jilid Dua”, meski konteksnya berbeda dengan 1998.
◆ Tantangan Gerakan #MosiTidakPercaya
Meski kuat, gerakan ini punya tantangan besar:
-
Represi Aparat → beberapa demonstrasi berakhir bentrok dengan polisi.
-
Polarisasi Internal → ada perbedaan strategi antara kelompok moderat dan radikal.
-
Komersialisasi → sebagian pihak dituduh menunggangi gerakan untuk kepentingan politik.
-
Kelelahan Publik → jika tidak ada hasil konkret, rakyat bisa kehilangan semangat.
◆ Masa Depan Gerakan
Ada beberapa kemungkinan arah masa depan gerakan #MosiTidakPercaya:
-
Reformasi DPR → jika tekanan rakyat cukup kuat, DPR terpaksa melakukan reformasi nyata.
-
Fragmentasi → gerakan melemah karena perbedaan internal dan represi.
-
Kebangkitan Gerakan Sipil → gerakan ini bisa melahirkan organisasi politik baru yang lebih mewakili rakyat.
Apapun hasilnya, gerakan ini sudah tercatat dalam sejarah politik Indonesia sebagai salah satu momen penting demokrasi.
◆ Refleksi Sejarah
Gerakan rakyat 2025 mengingatkan pada peristiwa 1966 dan 1998. Bedanya, kini perjuangan tidak hanya di jalanan, tetapi juga di dunia digital. Sejarah membuktikan bahwa ketika rakyat bersatu, perubahan selalu mungkin terjadi.
Kesimpulan
Gerakan #MosiTidakPercaya 2025 adalah simbol krisis politik di Indonesia. Rakyat menunjukkan bahwa mereka tidak bisa lagi dibungkam, baik di jalanan maupun di ruang digital.
◆ Penutup
Mosi tidak percaya bukan sekadar slogan, tetapi jeritan hati rakyat yang ingin demokrasi kembali ke jalurnya. Tahun 2025 akan tercatat sebagai momen ketika suara rakyat menggema lebih keras dari suara parlemen.
Referensi: